Wednesday 9 January 2013

ramalan zaman edan di musium

Jika orang beranggapan museum adalah tempat yang dingin dan membosankan, maka tidak bagi saya. Salah satu destinasi wisata yang saya senangi adalah museum. Beruntung sekali, itinerary Petualang ACI 2011 dari Tim Jawa II (Jawa Tengah-DIY) memuat dua museum, yaitu Museum Rangga Warsita dan Museum Jamu Jago. Saya sudah membayangkan, akan ada banyak benda-benda kuno, aneh, unik, dan pastinya langka bisa disaksikan di kedua museum itu.
Sekarang saya ingin berbagi cerita saat berkunjung ke Museum Rangga Warsita. Terletak di Jalan Abdul Rahman Saleh No. 1 Semarang, museum ini saya datangi bersama Niken dan Mas Nafik, pendamping kami. Sayangnya, hari itu (Selasa, 4/10, 2011) Amanda harus beristirahat di hotel karena kondisinya ngedrop.
Jadilah kami pergi bertiga saja. Patung Arjuna dengan kereta kencana di depan museum tampak menyolok dengan warna terangnya menyambut kami. Untuk tiket masuk, Museum Rangga Warsita mematok harga Rp. 3000,- per orang.
Begitu mengunjungi museum ini, saya sempat berpikir, mungkin inilah "zaman edan". Sekarang! Zaman yang diramal oleh tokoh yang menginspirasi pemberian nama museum ini, Raden Ngabehi Rangga Warsita. Dia adalah pujangga Keraton Surakarta. Rangga Warsita yang hidup di kurun waktu 1802 sampai 1873 ini meramalkan akan adanya zaman edan atau zaman (serba) gila.
Ramalan ini tertuang dalam Serat Kalatidha dan kutipannya terpampang di pendopo museum. Kondisi bangsa kita sekarang memang di titik nadir yang mengkhawatirkan.  Budaya mulai ditinggalkan, agama dilecehkan, dan kemanusiaan setra hukum diremehkan. 
Terlepas boleh atau tidaknya memercayai sebuah ramalan. Bagi saya perkataan Rangga Warsita tetap berkesan positif. Rangga Warsita dengan kedalaman pikirannya menegur kita untuk mawas diri. Tidak lupa diri dan membuat nilai kita sebagai manusia hancur. Nah, mengapa kita abai terhadap sebuah teguran yang baik?
Ini sangat relevan dengan Indonesia yang krisis identitas, meski mengaku berbudaya luhur. Krisis kepercayaan, meski pejabat berbusa-busa mengaku apa-apa demi rakyat. Krisis keamanan dan harga diri, karena duit haram menjadi panglima yang membuat seseorang kuat. Memprihatinkan.
Tentang Museum Rangga Warsita, saya menyimpulkannya sebagai tempat yang mendokumentasikan jejak-jejak budaya bangsa, terutama yang berada di Jawa Tengah. Museum ini mulai dibangun tahun 1975 dan dibuka untuk umum 2 April 1983. Di dalamnya memuat artepak peninggalan zaman pra-sejarah dan zaman sejarah. Koleksi produk budaya seperti arsitektur, senjata tradisional keris, batik, keramik, gerabah, candi, wayang, dan sebagainya dirawat dengan baik.
Gaya rumah joglo dengan pahatan yang sangat rumit bisa kita temukan di Museum Rangga Warsita. Perjalanan budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah pun terekam dengan lengkap. Dari sinilah kita bisa mengetahui tradisi dan budaya bangsa yang bernilai dari masa ke masa. Di mana perjalanan identitas Jawa dimulai dari kerajaan bercorak Hindu-Buddha dengan peninggalan beragam candi yang tersebar di berbagai pelosok Jawa dan beberapa tempat di Indonesia. Baru kemudian beralih ke masa kerajaan Islam, di antaranya Kerajaan Demak dan Kudus.
Beberapa koleksi museum yang luasnya 1, 8 hektar ini ternyata tergolong langka. Saya mengamati dengan seksama koleksi berharga tersebut. Beberapa di antaranya Arca Kudu dari Batur Banjarnegara dan koleksi aneka wayang untuk cerita Kidang Kencana dari zaman Mangkunegara IV.
Saya juga terpesona dengan koleksi relief cerita Ramayana yang dipahat terlihat seperti tiga dimensi dengan tingkat ketelitian yang rumit. Tergambar jelas adegan-adegan legenda Ramayana dengan estetika seni tinggi. Data terakhir, jumlah koleksi milik Museum Rangga Warsita adalah 59.784 unit. Ada empat bagian gedung yang menceritakan koleksi-koleksi itu berdasarkan zaman yang berbeda.
Sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi saya berada di sini. Mengunjungi museum yang membuat saya berdecak kagum. Ternyata bangsa kita sangat kaya dengan budaya. Ini baru membicarakan budaya Jawa Tengah. Sementara keragaman budaya nusantara tak terhitung jumlah dan ragamnya. Tentang ini, tentu ada sepakat dengan saya bukan?

No comments:

Post a Comment